TELUK RUMBIA SINGKIL, ACEH
Kamis, 04 Februari 2016
Hubungan Sumberdaya Manusia Dengan Ilmu Perpustakaan
PENGEMBANGAN SDM
DENGAN KINERJA DI PERPUSTAKAAN
DI SUSUN
Oleh:
ABDUL
JALIL
MAHASISWA
FAKULTAS ADAB HUMANIORA
JURUSAN
APK
NIM:
531202888
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2015 M/1435 H
Hubungan
Sumberdaya Manusia Dengan Ilmu Perpustakaan
Sumber daya manusia (SDM) bukan
sebagai alat produksi semata, Namun merupakan aset perusahaan, organisasi atau
lembaga yang perlu dipelihara dan dikembangkan. SDM (human resources) yang disebut juga dengan modal intelektual (intellectual
capital) sangat memegang peranan penting dalam pengembangan suatu
organisasi. Optimalisasi fungsi dan peranan SDM mutlak dilakukan melalui
pengembangan pengetahuan (knowledge),
kemampuan (ability), dan keterampilan (skill). Esensi
dasar pengembangan SDM (human resource
development) harus menyentuh kebutuhan dasar manusia. Teori tentang tingkat
kebutuhan (hierarchy of needs) oleh Maslow meliputi kebutuhan faali,
keamanan, sosial, harga diri, dan kebutuhan realisasi diri. Sejalan dengan hal
tersebut, maka pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan sangat perlu
dilakukan. SDM perpustakaan khususnya di perguruan tinggi merupakan salah satu
komponen utama perguruan tinggi yang diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang besar dalam pengembangan perpustakaan sehingga nantinya dapat
membantu pencapaian sasaran perguruan tinggi itu sendiri. Di masa mendatang,
SDM perguruan tinggi diharapkan ikut memberikan andil untuk mewujudkan
perguruan tinggi bertaraf internasional (world class university)
Makalah ini bermaksud memberikan gambaran
mengenai pentingnya pengembangan sumber daya manusia perpustakaan perguruan
tinggi. Disamping itu, dengan makalah ini diharapka[1]n para SDM perpustakaan
khususnya pustakawan menyadari akan pentingnya profesi ini dalam mewujudkan
masyarakat informasi.
Sumber Daya Manusia
Perpustakaan
Sumber daya manusia
perpustakaan terdiri dari pustakawan (ahli dan terampil), staf administrasi dan
tenaga TI atau staf lain yang berminat di bidang perpustakaan. Di dalam
pengembangan pustakawan ke depan diharapkan dapat menjadikan pustakawan itu
tidak hanya sebagai pustakawan biasa saja namun mempunyai fungsi sebagai information
mediator, information expert, dan information manager (Klugkest,
2001: 9-11). Sebagai information mediator, pustakawan diharapkan sebagai penghubung
antara peminta informasi (user) dengan sumber-sumber informasi, serta membantu pengguna dalam temu
kembali informasi. Sebagai information expert, pustakawan diharapkan
mampu berinteraksi dengan teknisi informasi seperti programmer dan web
designer di dalam pengembanganinformasi. Dia juga harus
mengenal semua aspek-aspek informasi. Akhirnya, sebagai information manager,
pustakawan harus mengenal berbagai macam pengelolaan bisnis yang
berhubungan dengan perpustakaan.
Meningkatkan
Sumber Daya Manusia
Sejalan dengan
era globalisasi maka peningkatan sumber daya manusia di perpustakaan menurut
Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi terbitan Direktorat Jenderal Perguruan
Tinggi terdiri dari: Pustakawan, tenaga administrasi dan tenaga kejuruan.
Pustakawan (dalam hal ini jabatan fungsional Pustakawan) di Indonesia mulai
diterapkan sejak tahun 1988 yaitu dengan terbitnya Keputusan MENPAN Nomor
18/1988. Penerapan jabatan fungsional ini merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai sekaligus untuk menetapkan dan
mengukur kompetensi pegawai perpustakaan melalui sistem penilian pelaksanaan
pekerjaan. Jenjang jabatan diukur berdasarkan perkembangan atau dinamika
jabatan pustakawan. Keputusan MENPAN yang terakhir adalah Keputusan MENPAN
Nomor 132/KEP/MENPAN/12/2002. Kemudian dapat meningkatkan profesionalisme SDM
khususnya melatih tenaga pengelola perpustakaan (pustakawan). Peran
perpustakaan sangat strategis dalam menumbuh – kembangkan budaya IPTEK. Salah
satu upaya untuk menumbuhkan budaya IPTEK adalah mendekatkan sumber-sumber
informasi IPTEK kepada penggunannya.
Isu-isu
dalam pembinaan SDM perpustakaan yaitu:
1.
Perlunya pendidikan bagi teknisi
perpustakaan (fungsional keterampilan/asisten pustakawan), dan tenaga
profesional perpustakaan (fungsional keahlian/pustakawan),
2.
Pengembangan
prefesi kepustakawanan deugan menghadiri seminar, diskusi ilmiah, lokakarya,
membuat karya tulis, dan sejenisnya,
3. Penguasaan teknologi informasi,
4. Pergeseran nilai dan etos kerja yang
disebabkan perubahan pola piker
5.
Menyadarkan
pustakawan akan pentingnya peranan dan fungsi di era informasi untuk mewujudkan
tercapainya masyarakat informasi,
6. Peralihan pengelolaan perpustakaan konvensional
ke perpustakaan elektronik
Dari
uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia
perpustakaan sangat perlu dilakukan dengan melakukan pola pembinaan SDM yang
berkelanjutan mengenai pengetahuan dan keterampilan di bidang perpustakaan dan
teknologi informasi. Sesungguhnya dunia perpustakaan sangat erat dengan bidang
lain seperti informasi dan komputer, sehingga seringkali kita mendengar kedua
istilah itu digabung menjadi perpustakaan dan informasi. Untuk itu, maka para
pustakawan sudah saatnya untuk mengetahui bidang-bidang lain tersebut selain
bidang perpustakaan. Dengan melakukan hal itu diharapkan keprofesionalisme
pustakawan menjadi lebih meningkat.[2]
Hubungan
Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Secara umum, Ilmu komputer (Ilkom),
atau yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Computer Science (CS), adalah ilmu
yang mempelajari tentang komputasi, baik perangkat keras (hardware) maupun
perangkat lunak (software sampai subyek yang lebih konkret seperti dan ). Ilmu
computer mencakup beragam topik berkaitan
dengan komputer, dari analisa abstrak algoritma bahasa pemrograman,
perangkat lunak, dan perangkat keras. Sebagai suatu disiplin ilmu, Ilmu Komputer
berbeda dengan pemrograman komputer,
rekayasa perangkat lunak teknik komputer, sekalipun ketiga istilah tersebut
sering disalahartikan.
Ilmu Komputer mempelajari apa yang
bisa dilakukan oleh program, dan apa yang tidak (komputabilitas dan
intelegensia buatan), bagaimana program harus mengevaluasi suatu hasil
(algoritma), bagaimana program harus menyimpan dan mengambil bit tertentu dari
suatu informasi (struktur data), dan bagaimana program dan pengguna berkomunikasi
(antarmuka pengguna dan bahasa pemrograman).
Sehubungan
dengan definisi ilmu komputer atau informatika tersebut di atas, maka dengan
jelas dapat dikatakan bahwa terdapat keterkaitan antara ilmu komputer tersebut
dengan bidang ilmu informasi. Dalam hal ini, ilmu Informasi adalah ilmu yang
mempelajari data dan informasi, mencakup bagaimana menginterpretasi,
menganalisa, menyimpan, dan mengambil kembali. Ilmu informasi dimulai sebagai
dasar dari analisa komunikasi dan basis data.
Keterkaitan kedua bidang ilmu
tersebut nampak jelas ketika kita berbicara mengenai sistem Informasi yaitu
suatu aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi. Sistem
Informasi dapat berupa gabungan dari beberapa elemen teknologi berbasis
komputer yang saling berinteraksi dan bekerja sama berdasarkan suatu prosedur
kerja (aturan kerja) yang telah ditetapkan, dimana memproses dan mengolah data
menjadi suatu bentuk informasi yang dapat digunakan dalam
mendukung keputusan.
Pameran Ristek dan Informasi IPTEK
Pameran
ristek/IPTEK merupakan upaya untuk menunjukkan atau mengenalkan
hasil-hasil riset teknologi, antara lain berupa barang, jasa dan metodologi
kepada masyarakat pengguna IPTEK. Pameran semacam ini tidak hanya dilaksanakan
di kota besar, tetapi juga di lakukan pada tempat strategis seperti lingkungan
kampus, sekolah atau instansi pemerintah, pada umumnya merupakan bagian dari
upaya membudayakan IPTEK melalui tulisan dalam rangka pemanfaatan pengembangan
dan penguasaan IPTEK. Lomba karya tulis mendorong masyarakat untuk mencari
informasi yang diperlukan, membaca dan menulis. Perpustakaan merupakan sarana
untuk mendapatkan informasi dengan murah, cepat dan tepat.
Cara Penyebaran
Informasi
Dalam mengikuti
perkembangan IPTEK, maka tentunya perpustakaan sebagai pusat informasi
mempunyai peran penting ditandai dengan meningkatnya jumlah karya
ilmiah/ilmuan, baik yang bersifat ilmiah, semi-ilmiah maupun populer.
Berdasarkan informasi yang ada, ternyata jumlah karya tulis peneliti/ ilmuan
Indonesia menempati urutan terendah dibandingkan dengan Malaysia, Thailand,
Singapura, Korea dan Brasil. Ini menunjukkan peningkatan kegiatan penyebaran
informasi IPTEK.
Pembinaan Minat Baca
Pengenalan IPTEK memlalui budaya baca buku dapat ditingkatkan melalui kebiasaan
membaca sejak dini, yang dimulai dari lingkungan kelurga, sekolah dan
masyarakat. Untuk mendukung upaya tersebut, serta peran pemerintah, penerbit,
pengarang atau masyarakat ilmuan dan usaha-usaha mendekatkan informasi IPTEK
kepada masyarakat melalui perpustakaan perlu terus dibina dan dikembangkan.
Untuk itu diperlukan peningkatan jumlah serta mutu perpustakaan sebagai medi[3]a
baca, mulai dari perpustakaan umum, perpustakaan desa, perpustakaan keliling,
perpustakaan sekolah sampai perpustakaan khusus.
Kompetensi Pustakawan
Tujuan profesi
kepustakawanan untuk menjadikan masyarakat informasi akan menjadi tercapai jika
pustakawan yang merupakan pelaku (actor) utama profesi tersebut harus
betul-betul mempunyai kompetensi di bidangnya. Kompetensi tersebut merupakan
standarisasi atau tolak ukur untuk mengetahui kemampuan seseorang menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehnnya. Dengan adanya kompetensi
tersebut diharapkan kehadiran pustakawan yang berkualitas akan menjadi
kenyataan.
Sehubungan dengan
perkembangan teknologi informasi di perpustakaan, maka kompetensi pustakawan
dapat digolongkan menjadi kompetensi professional dan kompetensi
perorangan Kompetensi professional
pustakawan meliputi:
a. Pengetahuan mendalam akan
isi sumber-sumber informasi
b. Pengetahuan tentang
subjek-subjek khusus yang relevan dengan kebutuhan clien
c. Menggunakan TI yang
tepat untuk mendapatkan, mengorganisasikan dan menyebarkan informasi
d. Mengembangkan layanan
informasi secara berkesinambungan
e. Menyediakan instruksi
perpustakaan yang excellent dan bermanfaat bagi pemakai
f. Mengembangkan layanan
perpustakaan yang berkesinambungan.
Lebih lanjut, kompetensi pustakawan berbasis TI meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Memiliki komitment
untuk pelayanan excellent
b. Mencari dan
menghadapi tantangan dang peluang baru
c. mampu melihat
perpustakaan dan layanannya secara komprehensif
d. Mampu membangun
kemitraan dan kerjasama
e. Memiliki keterampilan
berkomunikasi secara efektif
f. Memiliki kemampuan
leadership
g. Memiliki kemampuan
merencanakan program yang mengacu skala prioritas
h. mampu membangun
professional networking
i. Berpikir positif dan
fleksibel terhadap segala perubahan yang terus berlangsung.
T.H.E. Journal (dalam
Salmubi, 2006: 8) menyatakan bahwa pustakawan harus mempunyai
sekurang-kurangnya 20 jenis skill teknologi informasi yaitu:
1. Word processing
skills
2. Spreadsheet skills
3. Database skills
4. Electronic
presentation skills
5. Web navigation skills
6. Websites design
skills
7. E-mail management
skills
8. Digital camera skills
9. Computer network
knowledge applicable to your local system
10. File management
& windows explorer skills
11. Downloading software
from the web (knowledge including e-book)
12. Installing computer
software onto a computer system
13. WebCT or blackboard
teaching skills
14. Video conference
skills
15. Computer-related
storage devices (disk, Cds, USB drives, zip disks, DVDs)
16. Scanner knowledge
17. Knowledge of
personal digital assistant (PDAs)
18. Deep web knowledge[4]
19. Education copyright
knowledge
20. Computer security
knowledge
Penutup
Salah satu cara dalam memacu peningkatan kualitas SDM adalah menumbuh
kembangkan IPTEK dalam budaya IPTEK dengan memperhatikan tiga unsur yang
berkaitan dalam pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa.
Kompetensi bagi beberapa profesi menjadi persyaratan penting terutama jika
profesi ini menentukan nasib atau hidup orang lain yang menjadi objek atau
klien dan profesi itu. Misalnya profesi dokter akan menentukan nasib pasien.
Begitu juga profesi pustakawan (IPI). Perpustakaan dapat berperan
menumbuh kembangkan budaya IPTEK, sebagai salah satu aspek dalam upaya
menciptakan suasana kondusif bagi pengembangan IPTEK, sumber daya manusia
berwawasan IPTEK sebagai budaya melalui penyebaran informasi.
Di era perkembangan
teknologi informasi (TI) di perpustakaan yang semakin
pesat, maka standar kompetensi tesebut akan banyak berhubungan dengan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan TI perpustakaan. Dengan adanya
kompetensi itu diharapkan pustakawan berkualitas menjadi kenyataan.
Di samping kompetensi
tersebut, profesionalisme pustakawan sangat ditentukan oleh kualitas layanan
yang diberikan kepada pengguna. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pustakawan
hendaknya menerapkan layanan prima (excellent services) kepada pengguna.
Hardijanto. Pengembangan
Modal Intelektual (Peran Strategik Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia).
Makalah pada Kongres dan Seminar Ilmiah Nasional IPI ke * Bandung, 1998
Purnomo. Manajemen
Suinberdaya manusia Perpustakaan Elektronik. Makalah pada Pelatihan
Perpustakaan Elektronik di Universitas Gadjah Mada. Jogyakarta, 1999 S.K. Menpan Tahun 1988,
tahun 1988
Purnomo. Manajemen
Suinberdaya manusia Perpustakaan Elektronik. Makalah pada Pelatihan
Perpustakaan Elektronik di Universitas Gadjah Mada. Jogyakarta, 1999
[4] Salmubi. Kompetensi Pustakawan Berbasis Teknologi Informasi.
makalah pada Pelathan manajemen Perpustakaan Digital. Makasar, 2006
Senin, 28 Desember 2015
Sabtu, 19 Desember 2015
Kamis, 03 Desember 2015
Langganan:
Postingan (Atom)